DISINIH KITA BERBAGI APA YANG KITA TAHU

Selasa, 30 Desember 2014

On 06.40 by Unknown in    No comments


           
ALAS KAKI, apapun nama, bentuk, atau modelnya, telah begitu lekat dengan kaki semua orang. Namun, keakraban kaki dengan pembungkusnya itu tidak dialami dengan mudah oleh banyak orang sebelum tahun 1882. Tepatnya, ketika Jan Ernst Matzeliger, pekerja di sebuah pabrik sepatu di Amerika, menemukan mesin pembuat sepatu. Dengan ditemukannya mesin-mesin pembuat sepatu yang lain, dimulailah produksi masal sepatu, sehingga harganya pun menjadi terjangkau. Orang tak perlu lagi membuat sendiri atau repot memesan pada tukang sepatu keliling.


Namun, untuk sampai pada tahap itu, sepatu mengalami perjalanan yang sangat panjang. Ribuan tahun yang lalu, kulit binatang mentah dipilih untuk pembungkus tubuh dan kaki manusia.

Bila didaerah dingin pembungkus itu berbentuk sepatu, masyarakat di daerah panas lebih menyukai sandal. Orang Mesir kuno di tahun 3700 SM misalnya, sudah mengenakan sandal dari serat tanaman atau kulit binatang.

Bahan dasarnya tergantung pada materi yang tersedia dan kondisi alamnya. Sepatu kayu misalnya, sangat populer di Benua Eropa yang banyak berhutan. Sedangkan klompen kayu (semacam "sepatu" bakiak) banyak ditemukan di negara-negara bercuaca hangat seperti Timur Tengah, India dan Jepang. Bila mokasin (sepatu yang dibuat dari selembar bahan sehingga tidak ada jahitan antara sol dengan bagian atas sepatu) dari kulit pohon jadi alas kaki masyarakat Skandinavia, maka sandal jerami dan sepatu kain dapat dijumpai menghiasi kaki masyarakat Korea dan Cina. Khusus masyarakat di wilayah bercuaca sangat dingin, sepatu bot banyak dipakai. Orang Tibet, Bhutan, dan Nepal di sekitar Himalaya, misalnya, sangat akrab dengan sepatu bot dari kulit yak.

Alas kaki ternyata tidak selalu dianggap penting, apalagi oleh masyarakat wilayah yang banyak disinari matahari. Pada lukisan dinding dari zaman Mesir kuno, hanya para raja dan pendeta yang mengenakan alas kaki - itu pun berupa sandal - yang terbuat dari jalinan alang-alang, atau sandal kulit seperti yang terbuat dari jalinan alang-alang, atau sandal kulit seperti yang dikenakan Tutankhamen, salah satu firaun Mesir.

Bagi serdadu Yunani kuno, sandal malah punya fungsi yang amat khusus. Mereka hanya mengenakan satu pada kaki kiri. Saat perkelahian satu lawan satu, karena perisai dibawa dengan tangan kiri, kaki kiri itu selalu siap maju, kalau perlu menendang selangkangan lawan. Nah, tendangan dengan sandal tentu lebih afdol.

Pada abad IV, sepatu yang dihias dengan indah banyak ditemukan di Bizantium. Model sepatu dengan ujung panjang muncul di akhir abad IV sampai abad XV. Maklum, mode topi dan hiasan kepala saat itu juga runcing-runcing. Ada sepatu seorang pangeran yang panjang ujungnya 60 cm. Untuk mempertahankan bentuknya tentu saja mesti disumpal serat atau jerami. Sepatu demikian disebut poulainne atau crakow, mungkin indikasi tempat asalnya: Polandia. Supaya praktis, ujung sepatu diikat dengan rantai ke pangkal sepatu di tulang kering. Oleh Edward IV, raja Inggris 1442-1483, ujung sepatu lalu di batasi maksimal 5 cm saja.

Pada abad XVII lahir model sepatu berhak tinggi dengan pita. Tahun 1660 Louis XIV, raja Prancis yang terkenal suka kemewahan dan keindahan, mendapat hadiah sepasang sepatu berhak tinggi dengan pita sepanjang 40 cm. Tetapi haknya dibuat melengkung untuk disesuaikan dengan tubuh Louis yang pendek. Meski tak praktis dan membuat pemakainya bisa tersandung, model itu sangat disukai raja dan kerabatnya.

Pada abad XVIII sepatu mencapai puncak kecentilannya. Ada yang dihiasi kain brokat, atau kulit anak kambing yang lembut, entah dibordir atau dihiasi manik-manik. Ujungnya runcing, haknya tinggi melengkung. Bahkan ada yang dihiasi gesper bertatahkan berlian.

Kini perkembangan pengetahuan yang begitu pesat menyentuh pula bidang pembuatan sepatu. Proses rancang-merancang dilakukan dengan bantuan komputer, sedangkan sinar laser digunakan untuk memotong bahan dengan cepat dan tepat
referensi: http://adhiekloperer.blogspot.com/2012/03/sejarah-penciptaan-sepatu.html

x

On 06.28 by Unknown in    2 comments
Akhirnya, internet diharapkan dapat membantu mempercepat perkembangan pendidikan. Pendidikan lebih maju dan berkualitas. Pada gilirannya pendidikan dapat membantu mencerdaskan kehidupan bangsa. Bangsa yang cerdas akan membantu meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Selain dari dampak positif, internet juga berdampak negatif bagi para pelajar. Mencoba untuk melontarkan sebuah wacana dan berbagai fakta tentang sebuah persoalan baru di kota-kota besar yang juga tidak bisa dipandang sebelah mata. Walaupun masih berupa gejala awal, namun apabila tidak segera diatasi tentu akan berkembang menjadi “penyakit kronis” yang makin sulit untuk diatasi. saat ini telah terjadi pergeseran profil pengguna internet dan juga pergeseran orientasi pemanfaatannya. Pengguna internet terbesar saat ini adalah para pelajar SLTP diikuti oleh pelajar SLTA dan kalangan mahasiswa justru menempati urutan ketiga (kecuali di warnet yang berdekatan dengan kampus). Ada gejala menarik yaitu mulai maraknya pelajar SD bermain internet dan sudah “berani” nongol diwarung internet. Para orang tua tentu saat ini harus “rela” merogoh kocek lebih banyak untuk memenuhi keinginan anak-anaknya untuk bermain internet baik dirumah ataupun di warnet. Harapan orang tua tentulah ingin agar si-anak tidak ketinggalan jaman dan dengan ber-main internet si-anak bisa bertambah pintar. Namun benarkah demikian ?
Makin meratanya pengguna internet disatu sisi memang sangat menggembirakan, namun pergeseran orientasi penggunaan internet sudah sangat memprihatinkan. Dalam pengamatanku, bahwa Para pelajar SLTP, SLTA dan SD sebagian besar (>75%) menggunakan internet “hanya” untuk bermain game dan chatting. Dan rata-rata mereka rela menghabiskan waktu 3-5 jam/ hari dengan mengeluarkan uang Rp.7000 – Rp.30.000/hari untuk bermain internet. Dan anehnya kegiatan tersebut didukung oleh para orang tua. Pergeseran orientasi penggunaan internet tersebut belum ditangkap oleh para orang tua, sehingga setiap anaknya meminta uang berapapun untuk bermain internet selalu diberikan. Padahal yang terjadi adalah tidak ada unsur pendidikan apapun yang bisa didapatkan dari bermain game dan chatting. Memang tidak semua pelajar hanya menggunakan internet untuk bermain game dan chatting. Memang diantara mereka juga menggunakan internet untuk sarana mencari pengetahuan, namun yang melakukan hal itu jumlahnya tidaklah banyak. Game dan chatting bisa membawa effect “kecanduan”. Dan apabila sudah kecanduan tentu effect sampingnya akan membuat anak menjadi malas belajar, malas mengaji dan setiap ada kesempatan selalu berusaha untuk bermain game dan chatting. Dampak negatif bermain game hampir sama dengan dampak permainan Play Station dimana seseorang yang sudah kecanduan akan betah seharian bermain dan bahkan lupa makan, lupa minum dan lupa kalau hari esok masih ada. Sedangkan effect bermain game mungkin bisa digambarkan dengan permainan interkom yang marak sekitar 20 tahun yang lalu. Dimana hampir semua orang “lupa daratan” dan setiap hari kerjanya hanya bermain intercom (jika sudah memegang mic maka orang cenderung akan malas berangkat sekolah, malas berangkat kerja, malas membatu orang tua, malas untuk mengaji malas makan, malas minum dan sebagainya). Begitu juga dengan chatting.. para pelajar yang melakukan kegiatan ini menganggap waktu 5 jam sama dengan 10 menit. Dan mereka cenderung memanfaatkan chatting untuk sekedar ngobrol kesana-kemari dengan teman kencannya di internet dan bahkan tidak menutup kemungkinan juga mengarah kepada pembicaraan yang porno. Effect permainan game dan chatting ini justru lebih berbahaya dari kekhawatiran kita sekitar 5 tahun lalu tentang maraknya situs-situs porno. Karena berdasarkan pengamatan, ternyata situs porno hanya berefek pada euforia dan dalam waktu singkat mereka sudah akan bosan. Namun effect game dan chatting adalah “Effect Candu” yang bisa membuat penggunanya menjadi ketagihan dan ini yang sangat berbahaya bagi dunia pendidikan kita.  Beberapa kejadian di Indonesia menunjukan ada kasus perkosaan oleh teman chatting, penipuan oleh teman chatting.
Sebagai bagian dari Teknologi Informasi, internet memang ibarat pisau bermata dua. Disatu sisi, teknologi ini bisa bermanfaat apabila digunakan untuk melakukan hal-hal yang baik dan bermanfaat, seperti: mencari bahan-bahan pelajaran sekolah, diskusi mata pelajaran, mencari program beasiswa, konsultasi dengan pakar, belajar jarak jauh, dan mencari metode-metode pengajaran berbasis multimedia. Namun sayangnya penggunaan internet justru malah bergeser kepada hal-hal yang negatif dan ini harus menjadi perhatian seluruh komponen masyarakat. Karena bagaimanapun kita tetap membutuhkan internet sebagai sarana informasi dan komunikasi yang bersifat global, namun disisi lain kitapun juga harus siap untuk melakukan antisipasi untuk mengatasi dampak-dampak negatifnya. Dan inilah persoalan bersama kita.
Mumpung semua ini masih berbentuk gejala, alangkah baiknya pemerintah, DPRD, dunia pendidikan, pengamat “IT” dan para pengamat sosial kemasyarakatan duduk bersama untuk membahas dan mencari solusi untuk mengatasinya. “Virus” yang membuat mereka “kecanduan” dan “virus” yang bisa menjebak mereka kedalam sebuah permasalahan. Yang paling penting adalah bagaimana kita mengemas teknologi ini agar mempunyai muatan pendidikan namun tetap menarik untuk dikunjungi oleh para pelajar sebagai pengguna internet (netter) mayoritas pada saat ini. Namun tetap semua akan dikembalikan lagi kepada para netter, karena dampak positif maupun negatif dari internet bergantung dari niat pemakainya.

referensi: http://profil.widodoonline.com/TIK/Kegunaan%20Internet.html 
On 06.24 by Unknown in    No comments
Televisi adalah sebuah media telekomunikasi terkenal yang berfungsi sebagai penerima siaran gambar bergerak beserta suara, baik itu yang monokrom (hitam-putih) maupun berwarna. Kata "televisi" merupakan gabungan dari kata tele ("jauh") dari bahasa Yunani danvisio ("penglihatan") dari bahasa Latin, sehingga televisi dapat diartikan sebagai “alat komunikasi jarak jauh yang menggunakan media visual/penglihatan.”

Penggunaan kata "Televisi" sendiri juga dapat merujuk kepada "kotak televisi", "acara televisi", ataupun "transmisi televisi". Penemuan televisi disejajarkan dengan penemuan roda, karena penemuan ini mampu mengubah peradaban dunia. Di Indonesia 'televisi' secara tidak formal sering disebut dengan TV (dibaca: tivi, teve ataupun tipi.)

Kotak televisi pertama kali dijual secara komersial sejak tahun 1920-an, dan sejak saat itu televisi telah menjadi barang biasa di rumah, kantor bisnis, maupun institusi, khususnya sebagai sumber kebutuhan akan hiburan dan berita serta menjadi media periklanan. Sejak1970-an, kemunculan kaset video, cakram laser, DVD dan kini cakram Blu-ray, juga menjadikan kotak televisi sebagai alat untuk untuk melihat materi siaran serta hasil rekaman. Dalam tahun-tahun terakhir, siaran televisi telah dapat diakses melalui Internet, misalnya melalui iPlayer dan Hulu.

Walaupun terdapat bentuk televisi lain seperti televisi sirkuit tertutup, namun jenis televisi yang paling sering digunakan adalah televisipenyiaran, yang dibuat berdasarkan sistem penyiaran radio yang dikembangkan sekitar tahun 1920-an, menggunakan pemancar frekuensi radio berkekuatan tinggi untuk memancarkan gelombang televisi ke penerima gelombang televisi.

Penyiaran TV biasanya disebarkan melalui gelombang radio VHF dan UHF dalam jalur frekuensi yang ditetapkan antara 54-890megahertz. Kini gelombang TV juga sudah memancarkan jenis suara stereo ataupun bunyi keliling di banyak negara. Hingga tahun2000, siaran TV dipancarkan dalam bentuk gelombang analog, tetapi belakangan ini perusahaan siaran publik maupun swasta kini beralih ke teknologi penyiaran digital.

Sebuah kotak televisi terdiri dari bermacam-macam sirkuit elektronik didalamnya, termasuk di antaranya sirkuit penerima dan penangkap gelombang penyiaran. Perangkat tampilan visual yang tidak memiliki perangkat penerima sinyal biasanya disebut sebagai monitor, bukannya televisi. Sebuah sistem televisi dapat dipakai dalam berbagai penggunaan teknologi seperti analog (PAL, NTSC, SECAM), digital (DVB, ATSC, ISDB dsb.) ataupun definisi tinggi (HDTV). Sistem televisi kini juga digunakan untuk pengamatan suatu peristiwa, pengontrolan proses industri, dan pengarahan senjata, terutama untuk tempat-tempat yang biasanya terlalu berbahaya untuk diobservasi secara langsung.

Televisi amatir (ham TV atau ATV) digunakan untuk kegiatan percobaan dan hiburan publik yang dijalankan oleh operator radio amatir. Stasiun TV amatir telah digunakan pada kawasan perkotaan sebelum kemunculan stasiun TV komersial.

Televisi telah memainkan peran penting dalam sosialisasi abad ke-20 dan ke-21. Pada tahun 2010, iPlayer digunakan dalam aspek media sosial dalam bentuk layanan televisi internet, termasuk di antaranya adalah Facebook dan Twitter.

Sejarah awal

Pada masa awal perkembangannya, televisi menggunakan gabungan teknologi optik, mekanik, dan elektronik untuk merekam, menampilkan, dan menyiarkan gambar visual. Bagaimanapun, pada akhir 1920-an, sistem pertelevisian yang hanya menggunakan teknologi optik dan elektronik saja telah dikembangkan, dimana semua sistem televisi modern menerapkan teknologi ini. Walaupun sistem mekanik akhirnya tidak lagi digunakan, pengetahuan yang didapat dari pengembangan sistem elektromekanis sangatlah penting dalam pengembangan sistem televisi elektronik penuh.

Gambar pertama yang berhasil dikirimkan secara elektrik adalah melalui mesin faksimile mekanik sederhana, (seperti pantelegraf) yang dikembangkan pada akhir abad ke-19. Konsep pengiriman gambar bergerak yang menggunakan daya elektrik pertama kali diuraikan pada 1878 sebagai "teleponoskop" (konsep gabungan telepon dan gambar bergerak), tidak lama setelah penemuan telepon. Pada saat itu, para penulis fiksi ilmiah telah membayangkan bahwa suatu hari nanti cahaya juga akan dapat dikirimkan melalui medium kabel, seperti halnya suara.

Ide untuk menggunakan sistem pemindaian gambar untuk mengirim gambar pertama kali dipraktikkan pada 1881 menggunakan pantelegraf, yaitu menggunakan mekanisme pemindaian pendulum. Semenjak itu, berbagai teknik pemindaian gambar telah digunakan di hampir setiap teknologi pengiriman gambar, termasuk televisi. Inilah konsep yang bernama "perasteran", yaitu proses merubah gambar visual menjadi arus gelombang elektrik.

referensi:http://dunianyasejarah.blogspot.com/2013/04/sejarah-televisi.html
On 06.09 by Unknown in    No comments
Entah mana yang lebih baik nyaman dengan seseorang atau merasa sayang dengan seseorang? Namun keduanya sangatlah penting bagi suatu hubungan. Menjalin suatu hubungan tidaklah mudah. Ada beberapa yang menjalin hubungan baik baik saja dan ada pun yang berliku dan merasa susah untuk bangkit kembali jika suatu hubungan itu sudah berakhir.
Cinta dan kasih sayang harus terjalin didalam suatu hubungan dan itu harus ada di masing masing diri mereka. Karena jika hanya seorang saja yang mempunyainya maka hubungan itu tidak akan bertahan lama dan akan sia sia saja, ya seperti layaknya cinta yang sia sia dikejar dan akan menjadi sebuah hal yang bodoh jika kita tau.
Pada awalnya memang pasti kita tidak ada yang pernah tau bagaimana kisah cinta kita. Tidak tau alurnya bagaimana? Pemerannya siapa saja? Dan yang paling penting adalah bagaimana akhir dari kisah tersebut apakah bahagia atau sebaliknya? Tidak ada yang pernh tau.
Maka dari itu  diawal menjalin suatu hubungan kita harus bertanya kepada diri kita sendiri “apakah kita sudah siap?” ya, sudah siap dengan beberapa hal seperti sudah siap bertemu sifat dan watak orang yang kita tidak tau sebelumnya, sudah siap menerima kekurangannya apapun itu, dan sudah siap untuk merasakan sakit hati bila hubungan tersebut tidak berjalan dengan baik. Dan jangan terpanah juga dengan cover dari seseorang tersebut karena itu tidak menjamin seseorang itu bersifat baik dan kita harus benar benar mencari tau lebih dalam dan mempelajari sifat sifat orang tersebut sehingga kita tidak kaget dengan sifat dan watak orang tersebut.

Sangat sulit memang mempertahankan hubungan jika hubungan itu juga telah lama dipertahankan pasti akan muncul rasa bosan dan cinta yang kadarluasa. disetiap hubungan pasti ada “up” and “down”. Nah dikala down sebaiknya salah satunya harus ada yang bisa memperjuangkannya karena cinta juga butuh perjungan. Dan salah satunya juga harus ada yang mengalah tidak baik suatu hubungan memiliki keegoisan yang sama tingginya salah satunya harus menjadi air yang bisa meredam percikan api. 
Makna cinta dari setiap manusia pasti berbeda beda baik buruknya pun berbeda, kebutuhannya pun berbeda. Ada yang bilang juga cinta harus seperti anak kecil yang menerima apa adanya tidak memandang kesempurnaan pasangannya karena seharusnya kita mecintai ketidaksempurnaannya dia karena tidak ada manusia yang sempurna.
Dan cinta pun tidak bisa dipaksa jika salah satunya sudah lelah dan sudah tidak mau meneruskan kisahnya kita tidak boleh memaksanya karena percuma saja hanya buang buang waktu karena pasti sudah pudar rasa kenyamanannya oleh kita. Dan jika begitu maka jlan satu satunya adalah menghentikan kisah menutupnya dan memulai lembaran baru lagi dengan kisah yang berbeda.
Itulah sebuah cerita pendek tentang relationship mungkin ini hanya sepenggal cerita saja karena intinya ada di diri masing masing orang tersebut bagaimana menjalanknnya dan membuat akhir dari kisahnya.